14 March 2013


Ada yang berbeda siang tadi di Kantor TNP2K, Rabu 14 Maret 2013. Dua puluhan mahasiswa Master of Business Administration (MBA) dari Yale School of Management, Universitas Yale, berkunjung ke TNP2K dan berdiskusi dengan Sekretaris Eksekutif, Bambang Widianto. Rombongan tersebut didampingi Profesor Ahmed Mushfiq Mobarak, yang juga dosen pada universitas tersebut.

Menurut Profesor Mobarak, kunjugan mereka ke Indonesia adalah ingin mempelajari tentang kondisi ekonomi dan pembangunan di Indonesia, khususnya bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan. “Program MBA juga sangat berkaitan dengan masalah-masalah pembangunan” paparnya di awal diskusi.

Dalam diskusi tersebut, Sekretaris Eksekutif TNP2K, sempat memaparkan kondisi ekonomi dan politik Indonesia di era orde baru serta perbandingannya dengan di era reformasi. Sebelum 1998, politik di Indonesia sangat tersentralisasi, serta sistem perekonomiannya tidak terbuka seperti sekarang. Namun, era reformasi telah membawa perubahan baru bagi Indonesia yang mulai menganut sistem politik yang demokratis dan desentralisasi serta sistem perekonomian terbuka.

Saat menjelaskan tentang peran TNP2K sebagai lembaga think tank pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan, salah seorang mahasiswa mempertanyakan bagaimana pendefinisian kemiskinan selama ini di Indonesia. Menurut Bambang, setidaknya ada dua cara, pertama distribusi pendapatan dan distribusi konsumsi yang diperoleh melalui hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Yang kedua, adalah melalui indikator garis kemiskinan itu sendiri, seperti dari aspek makanan, dan non makanan, misalnya pendidikan, dan kesehatan.

Kemudian, dalam membuat suatu kebijakan yang baik, proses yang harus dilalui TNP2K adalah dengan berdasarkan penelitian dan bukti empiris, melalui diskusi dan debat konstruktif, serta pendekatan top-down yang melalui proses pendekatan bottom-up.

Antusiasme para mahasiswa terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Mulai dari pertanyaan seputar program PKH, jaminan kesehatan, bagaimana dunia bisnis dapat berkontribusi dalam penanggulangan kemiskinan serta bagaimana menjalin koordinasi dengan kementerian atau lembaga lain. Khususnya koordinasi dengan kementerian lain, menjadi perhatian serius dari salah seorang mahasiswa. Karena menurutnya, biasanya koordinasi sering terkesan mudah secara konsep, namun relatif susah saat diimplementasikan. Untuk itu, lembaga TNP2K berada di bawah wakil presiden dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi antar kementrian dan lembaga juga saat pengambilan keputusannya, papar Bambang Widianto saat merespon pertanyaan tersebut.

Di penutup diskusi Profesor Mobarak sangat mengapresiasi peranan TNP2K serta mengakui pentingnya basis data terpadu yang dikelola lembaga ini. Sebelumnya ia juga sempat melakukan berbagai proyek riset di Bangladesh, India, Malawi, hingga Brazil.

Selain mengunjungi TNP2K, para mahasiswa tersebut juga berdiskusi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Perdagangan, dan beberapa tokoh dari berbagai lembaga lainnya. Sebelum meninggalkan Indonesia, mereka akan menyempatkan diri mengunjungi Balikpapan, Kalimantan Timur.