04 April 2013


Senin (1/3) bertempat di kantor TNP2K, dilaksanakan pemutaran dan diskusi Film seri Pendidikan Anti Korupsi oleh Pokja Pengendali PNPM Mandiri yang bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seri film ini akan terdiri dari empat film pendek, namun baru dua yang telah di produksi. Dua judul film yang diputar berjudul “Balada Si Imah” dan “Yang Selalu Kembali” bercerita tentang kisah ketidakjujuran yang berbentuk korupsi dan penyelewengan wewenang dengan latar belakang Program PNPM Mandiri Perdesaan.

“Pokja PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan zero tolerance terhadap tindak korupsi. Hingga tahun ini tindak korupsi pada pelaksanaan PNPM Mandiri sebesar 2-3 %. Kita ingin turun hingga 0% korupsi di akhir tahun 2013”, papar Dr.Pamuji Lestari, Asisten Deputi VII Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Menko Kesra, saat membuka sesi diskusi. Selaras dengan tujuan tersebut, pesan yang ingin disampaikan dari film ini adalah menumbuhkan kesadaran dalam bertindak jujur di tengah masyarakat dalam situasi apapun.

Film berjudul “Balada Si Imah” bercerita tentang Imah, seorang istri dan ibu dari dua anak yang bekerja secara sukarela sebagai bendahara di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) pada program PNPM Mandiri. Imah terlibat perselingkuhan dengan salah seorang Fasilitator Kecamatan PNPM Mandiri. Uang simpanan PNPM yang dikelola Imah diselewengkan bersama-sama.

Kemudian dengan berdurasi 24 menit, film “Yang Selalu Kembali” menceritakan konflik batin seorang kepala desa dalam mengalokasikan dana PNPM. Sebagai seorang wiraswatawan, sang kepala desa memiliki kepentingan pribadi untuk menggunakan dana PNPM untuk membangun jalan guna memudahkan bisnis miliknya. Namun niatan itu bersebrangan dengan keinginan rakyat yang membutuhkan dana PNPM untuk pendidikan dan kesehatan. Di akhir cerita, kepala desa tersadar akan khilaf yang dibuatnya.

Acara nonton film bersama itu juga diselingi diskusi yang dipimpin oleh Taufik Lenardi dari Pokja Pengendali PNPM Mandiri. Taufik memaparkan cerita dibalik proses produksi kedua film yang ditayangkan. “Balada Si Imah” dan “ Yang Selalu Kembali” adalah film yang didasari oleh kisah nyata dan diproduksi setelah melalui proses riset di daerah kejadian. Diskusi berlangsung hangat. Hal tersebut dilihat dari antusiame peserta diskusi yang melontarkan cukup banyak komentar dan pertanyaan. Komentar paling banyak muncul yakni mengenai kekhawatiran akan munculnya interpretasi tidak tepat mengenai mekanisme PNPM Mandiri oleh penonton. “ Perlu adanya keseimbangan dalam menonjolkan persoalan korupsi yang diangkat di film tersebut dengan sisi positif, yaitu munculnya social capital di komunitas masyarakat karena adanya PNPM Mandiri”, ujar Marcel dari UKP2K.

Merespon komentar tersebut, Taufik menegaskan bahwa film ini bukanlah film yang bertujuan untuk menjelaskan mekanisme PNPM Mandiri secara menyuluruh. “ Dengan target penonton adalah warga desa dan fasilitator, film ini diproduksi satu paket dengan buku panduan menonton” terang Taufik. Hal senada juga disampaikan oleh Cici dari PNPM Support Facility, “Adegan dalam film dimaksudkan untuk memunculkan proses diskusi bagi yang menonton. Didalam buku panduan sudah ada panduan menonton dan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dapat digunakan saat acara nonton bersama masyarakat. Untuk itu acara nobar yang dilakukan bukanlah bertujuan untuk hiburan semata, tapi lebih kepada acara diskusi” paparnya.

Di akhir diskusi disimpulkan beberapa hal yang dapat dijadikan masukan untuk rencana pembuatan film selanjutnya. Diantaranya yakni penekanan terhadap fokus dan fungsi film yang akan dibuat, upaya lebih hati-hati dalam menggambarkan mekanisme PNPM Mandiri dalam film, memunculkan narasi berisi penjelasan singkat mengenai akhir cerita, dan translasi film ke dalam bahasa daerah guna memudahkan proses sosialisasi.

“Yang Selalu Kembali” adalah film yang disutradarai oleh Chairun Nissa, sementara “Balada Si Imah” oleh Wisnu Adi. Kedua film yang diproduksi tahun 2012 tersebut didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Kerajaan Belanda, dan Bank Dunia.

Untuk melihat cuplikan film klik disini