Hard Challenges Towards 0% Extreme Poverty in Indonesia in 2024

19 December 2022


Dorong Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, TNP2K Himpun Masukan Akademisi

Tantangan hebat nan berat tampaknya harus siap dihadapi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat lewat program penghapusan kemiskinan ekstrem 0% pada dua tahun ke depan. Perlu kerja keras baik oleh pemerintah, akademisi, lembaga filantropi, dan kalangan terkait lain untuk bisa kerja bersama menurunkan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia yang per Maret 2022 lalu masih mencapai 2,04% atau sekitar 5,59 juta jiwa.

---

Apabila dilihat data satu tahun ke belakang, Indonesia sejatinya sudah berhasil menurunkan 0,1% angka kemiskinan ekstrem, yakni dari 2,14% menjadi 2,04%. Dengan demikian, agar mampu mengurangkannya kembali menjadi 0% dengan waktu yang tersisa pada akhir 2024, tentu menjadi tugas berat karena rata-rata yang harus dicapai sekitar 1% per tahun. Namun yang perlu disadari, meskipun tantangannya terasa berat, tapi hal tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin. 

Berdasarkan diskusi dalam forum akademisi yang digelar Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) bersama Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) pada Kamis, 15 Desember 2022, di Hotel Grand Mercure, Jakarta, pemerintah berupaya untuk menjabarkan pentingnya diseminasi sekaligus menyosialisasikan isu tentang extreme poverty atau kemiskinan ekstrem. Harapannya, upaya percepatan pengentasan kemiskinan perlu menjadi pengetahuan yang kemudian akan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk dikurangi bahkan dihapus pada 2024 mendatang. 

Dengan menghadirkan akademisi internasional, seperti Profesor Sabina Alkire dari Oxford University dan Profesor Rema Hanna dari Harvard University, Indonesia bisa belajar mengambil contoh negara-negara lain yang berhasil dalam program pengurangan dan penghapusan kemiskinan ekstrem. Misalnya saja, China, India, Bangladesh, serta Chile yang mampu mempercepat upaya penghapusan kemiskinan ektrem di negaranya. 

Indonesia perlu memandang masalah kemiskinan ektrem tidak hanya satu faktor, tapi penyebabnya multi faktor. Sehingga, untuk dapat menjawab persoalan tersebut tidak hanya selesai dengan satu program, yaitu bantuan sosial. Karena akarnya multifaktor, maka penyelesaiannya pun harus multisektoral serta multiaktor. Selain itu, isu mengenai pengukuran multidimentional poverty index sebagaimana yang dilakukan di negara lain juga bisa menjadi tawaran menarik, meskipun tentu harus melalui kajian lebih dalam para pihak terkait. 

Praktek konvergensi program yang dilakukan China dan negara lain dalam upaya pengentasan kemiskinan ekstrem patut ditiru dan dikembangkan di Indonesia. Konvergensi program yaitu pelaksanaan pemberian bantuan dengan berbagai program yang tengah dijalankan pemerintah untuk diberikan pada sasaran kelompok yang sama. 

Kendati mengedepankan konvergensi program, namun pemerintah juga perlu memperhatikan efektivitas pada setiap program, sehingga kualitas masing-masing program yang relevan dapat dipastikan berjalan dengan baik. Misalnya, Program Indonesia Pintar (PIP), Program Keluarga Harapan (PKH), ataupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan program lain juga harus dievaluasi efektivitasnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau menurunkan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem. 

 

Harus Hasilkan Rekomendasi

Tugas untuk penanangan kemiskinan termasuk penghapusan kemiskinan ekstrem tidak akan mampu dilakukan sendiri oleh pemerintah pusat, tapi juga harus melibatkan pemerintah daerah sekaligus instansi non-pemerintah. Di antaranya, lembaga filantropis semisal LAZISMU dan Dompet Dhuafa, juga pihak universitas yang dapat bersinergi langsung dengan pemerintah daerah setempat. 

Di setiap provinsi dan kabupaten/kota, terdapat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang merupakan ujung tombak dalam program penghapusan kemiskinan ekstrem di masing-masing daerah. Unit tersebut tentu perlu pendampingan serta dukungan teknis dari kalangan kampus. Pihak universitas diharapkan bisa mengambil peran strategis untuk urun tangan dan urun rembuk membantu daerah dalam memanfaatkan APBD-nya demi efektivitas program pengentasan kemiskinan.

Gambar 1. Sambutan dari Suprayoga Hadi selaku Sekretaris Eksekutif TNP2K
Sumber: Dokumentasi Kegiatan

Dr. Ir. Suprayoga Hadi, M.Si, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden RI selaku Sekretaris Eksekutif TNP2K dalam pembukaannya mengatakan, Forum Akademisi TNP2K-IBER ini harus menghasilkan kajian dan rekomendasi yang konkret dalam upaya program pengentasan kemiskinan ekstrem. Sehingga, masukan tersebut ke depannya bisa mendukung penguatan kebijakan pemerintah yang berbasis bukti atau evidence based policy berdasarkan penelitian dalam perspektif kekinian. 

Agar diskusi antar kalangan akademisi dalam forum tersebut bisa terarah, forum ini dilaksanakan dalam empat sesi. Masing-masing yaitu, kemiskinan ekstrem dalam perspektif global, kontribusi program untuk sektor makro, keterlibatan sektor swasta serta instrumen filantropi dan syariah, dan terakhir sesi tentang penguatan dan kurasi dari target atau pensasaran dalam program. 

TNP2K juga cukup percaya diri dengan upaya yang telah dilaksanakan hingga sekarang. Semakin banyak kolaborasi, sinergi, dan konvergensi, maka program pengentasan kemiskinan di Indonesia akan memiliki imbas dan dampak yang positif. Khususnya terhadap pencapaian target percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem 0% pada 2024, sebagaimana amanat Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. 

Pada 2021 lalu, upaya ini sudah diuji coba pada 35 kabupaten/kota di tujuh provinsi, kemudian ditingkatkan di 212 kabupaten/kota di 25 provinsi pada tahun 2022 ini. Rencananya, kolaborasi, sinergi, dan konvergensi program akan terus diperluas perluas sampai dengan tuntas di seluruh Indonesia pada tahun 2023-2024.  "Semoga hasil diskusi ini bermanfaat dalam upaya kita untuk mempercepat program penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia, semoga Allah Subhanahu wa Taala memberikan inayah-Nya dan meridhoi apa yang kita lakukan selama ini," ujar Suprayoga menutup kata sambutannya.