Increase the Potential of Private Sector Investment in the Food Sector in Indonesia

14 December 2020


Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam mendukung kesejahteraan di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terlihat dapat meningkatkan ketahanan pangan dan produksi pertanian secara masif. Menurut laporan dari The Economist Intelligence Unit, Indeks Ketahanan Pangan Global di Indonesia meningkat dari 50,7 pada tahun 2015 menjadi 62,6 pada tahun 2019. Akan tetapi, menurut standar internasional, status gizi masyarakat Indonesia dinilai masih rendah. Di samping itu, ada perbedaan akses pangan antardaerah yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan perbedaan gizi antardaerah yang terbilang besar.


Gambar 1. Sambutan dari Elan Satriawan, Kepala Tim Kebijakan TNP2K 
Sumber: TNP2K, 2020

Menanggapi masalah tersebut, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengadakan webinar berjudul “Membuka Potensi Investasi Swasta untuk Model Produktif dan Berkelanjutan di Sektor Pangan”. Webinar ini dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom, pada tanggal 10 Desember 2020. Acara ini dipandu oleh Chandra Kirana Prijosusilo selaku Founder dari Sekar Kawung Foundation.

Mengawali diskusi, Kepala Tim Kebijakan TNP2K Elan Satriawan mengatakan, dalam memberantas kemiskinan, peningkatan produksi pangan perlu dilakukan. Akan tetapi, dalam hal peningkatan produksi pangan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, dan perlu dibantu oleh pihak lain. “Pemerintah juga membutuhkan pihak non-pemerintah dalam mempercepat peningkatan produksi pangan di Indonesia”, ungkap Elan.

Menurut Koordinator Sektor Swasta TNP2K Agi Panjaitan, terdapat beberapa permasalahan di sektor pangan Indonesia sejak pandemi Covid-19, seperti distribusi dalam negeri yang terganggu, fasilitas pergudangan yang minim, suplai tinggi namun jumlah pembeli tetap, sampai kurangnya informasi hasil pertanian. Dalam menghadapi permasalahan ini, peningkatan kerja sama antara pihak swasta dan petani/koperasi/BUMDes dapat dilakukan. “Perusahaan swasta bisa melakukan investasi, baik modal usaha, teknologi, maupun pelatihan kepada pihak petani/koperasi/BUMDes, sehingga produksi pangan di masa depan dapat meningkat”, ucap Agi. Selain itu, pihak swasta juga dapat bekerja sama dalam hal pembelian komoditas, sewa lahan, dan sewa tenaga kerja. 

Dalam meningkatkan produksi pangan, Kepala Unit Keuangan Iklim United Nations Environment Programme (UNEP) Ivo Mulder mengingatkan, kita juga harus memperhatikan produksi komoditas yang berkelanjutan. “Jangan sampai kita meningkatkan produksi pangan, namun melakukan deforestasi hutan tropis, meningkatkan gas emisi rumah kaca, dan mengurangi keanekaragaman hayati”, ungkap Ivo Mulder.


Gambar 2. Sesi Tanya Jawab pada Webinar "Membuka Potensi Investasi Swasta untuk Model Produktif dan Berkelanjutan di Sektor Pangan"
Sumber: TNP2K, 2020 

Selain pembicara yang sudah disebutkan di atas, webinar ini juga dihadiri oleh Anders Haagen, Co-Founder Lion Heart; Dr. Aritta Suwarno, Peneliti dari Wageningen University; Johannes Kieft, Penasihat Penggunaan Lahan dan Ekonomi Hijau UNEP; Joost van Uum, Konselor Pertanian Kedutaan Besar Belanda; Afrizal Gindow, Deputy Managing Director PT Ewindo; Rudy Suryanto, Founder Bumdes.id; Nissa Wargadipura, Founder At-Thaariq Ecological School; dan Andrew Saputro, Corporate Affairs Director Frisian Flag. Sebelum acara ini berakhir, moderator acara ini menyampaikan bahwa output acara ini adalah kertas kerja kebijakan, yang akan diterbitkan pada kuartal pertama tahun 2021. (KM)