Information Disclosure as an Effort to Oversee the PPKE Program

21 October 2022


Pemerintah Indonesia sebagai anggota PBB berkomitmen untuk menghapuskan kemiskinan ekstrem dalam konteks Sustainable Development Goals pada tahun 2030. Namun demikian, Pemerintah Indonesia memajukan 6 (enam) tahun lebih awal. Sehingga, ditargetkan tercapai pada akhir tahun 2024. Dengan ditetapkannya target tersebut di tahun 2020, maka pemerintah berkomitmen untuk menghapuskan 4% kemiskinan ekstrem yang ada atau sama juga dengan mengeluarkan 10,86 juta jiwa penduduk Indonesia dari kondisi tersebut. Meski BPS melaporkan bawah kemiskinan ekstrem telah mengalami penurunan sebanyak 2,04% hingga pada Maret 2022, tetapi untuk mencapai target 0% di tahun 2024 tetap bukan hal yang mudah. 

Oleh karena itu, dibutuhkan kerja bersama seperti yang ditegaskan oleh Suprayoga Hadi dalam sambutan acara knowledge sharing di Auditorium Sekretariat Wakil Presiden. Suprayoga Hadi selaku Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden yang juga sebagai Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyampaikan bahwa kerja bersama ini harus melibatkan sektor pemerintah dan non pemerintah. 

Yoga menyebutkan model kerjasama ini sebagai pentahelix, maknanya terdapat 5 aktor yang harus ada dalam upaya pengentasan kemiskinan ekstrem. Kelima aktor tersebut meliputi pemerintah, badan usaha, perguruan tinggi, masyarakat sipil, dan media. Menurut Suprayoga, peran media juga masuk dalam kerangka pentahelix yang memiliki peran penting untuk memastikan informasi-informasi oleh pemerintah dapat menjangkau masyarakat luas. Sehingga sebagai sumber informasi yang akan disampaikan pada masyarakat, humas dari Kementerian dan Lembaga (K/L) harus melakukan amplifikasi program dari K/L masing-masing. Harapannya dengan mekanisme keterbukaan informasi yang masif, masyarakat mendapat informasi yang cukup tentang program-program penghapusan kemiskinan ekstrem.

 
Gambar 1. Suprayoga Hadi selaku Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres memberikan
sambutan pembuka Knowledge Sharing di Sekretariat Wakil Presiden Pada 20 Oktober 2022
Sumber : Dokumentasi Kegiatan

Jika dilihat ke belakang, upaya kemiskinan ekstrem sejatinya bukan program baru dari pemerintah. Melainkan merupakan optimalisasi program-program yang sudah ada dari berbagai Kementerian/Lembaga dan memastikan terjadinya konvergensi. Konvergensi itu sendiri merupakan integrasi program secara menyeluruh, mulai dari perencanaan hingga implementasi di lapangan. Hal tersebut disampaikan oleh Ruddy Gobel yang bertugas sebagai moderator kegiatan dan juga selaku Kepala Unit Komunikasi dan Kemitraan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dalam pengantar diskusi Knowledge Sharing yang diadakan pada 20 Oktober 2022. Diskusi tersebut mengangkat topik “Peran Humas K/L dan Media dalam Mengawal Program Penghapusan Kemiskinan Ekstrem” yang menghadirkan seorang pakar ekonomi, Vivi Alatas dan Staf Khusus Wakil Presiden, Asrori S. Karni. 

 
Gambar 2. Kepala Unit Komunikasi dan Kemitraan, Ruddy Gobel selaku  Moderator dalam
Knowledge Sharing di Sekretariat Wakil Presiden Pada 20 Oktober 2022
Sumber : Dokumentasi Kegiatan


Pemaparan dalam kegiatan Knowledge Sharing ini dimulai dengan penjelasan tentang apa itu kemiskinan ekstrem, siapa yang termasuk ke dalam kemiskinan ekstrem, bagaimana penentuan garis kemiskinan ekstrem nasional dan internasional, dan apa upaya yang perlu didorong untuk menghapus kemiskinan ekstrem. Paparan ini dibawakan oleh Vivi Alatas. Menurut Vivi, masyarakat sangat membutuhkan informasi tentang apa itu kemiskinan ekstrem, apa saja program-program penghapusan kemiskinan ekstrem, dan bagaimana cara mengaksesnya.

Vivi menyampaikan, sebagai contoh, orang yang sudah memiliki ijazah di tangannya tidak dapat dipastikan akan melanjutkan kuliah, karena tidak mengetahui akan adanya bantuan yang dapat diakses. Sampainya informasi tentang program penghapusan kemiskinan ekstrem menurutnya akan menjadi bentuk peningkatan kualitas program penghapusan kemiskinan ekstrem itu sendiri. Penyampaian informasi utamanya dapat dengan optimalisasi peran media, tetapi sejatinya setiap kita dapat melakukan penyebaran informasi tersebut pada orang-orang di sekitar kita maupun melalui media sosial yang kita miliki.

 
Gambar 3. Pakar Ekonomi, CEO Asakreativita, dan Co-Chair TF 5 T20 Indonesia, Vivi Alatas selaku narasumber Knowledge Sharing
di Sekretariat Wakil Presiden Pada 20 Oktober 2022
Sumber : Dokumentasi Kegiatan

Selanjutnya dalam paparan kedua, sebagai Staf Khusus Wakil Presiden, Asrori memberikan pandangan yang lebih fokus pada teknis optimalisasi keterbukaan informasi itu sendiri. Menurut Asrori, dalam alur sinergis tim komunikasi Wakil Presiden, terdapat 2 (dua) tahapan yang memiliki potensi bagi media untuk berperan di dalamnya yakni update konten dan diseminasi konten. 

Update konten dapat melibatkan humas K/L sebagai sumber informasi program-program penghapusan kemiskinan ekstrem yang telah dilakukan oleh masing-masing K/L. Tentunya sasaran dari update konten ini adalah media. Kemudian, pada diseminasi konten dapat dioptimalkan peran media massa, media resmi presiden, dan media mitra Wakil Presiden. Asrori menekankan, apabila media dan humas K/L mengambil peran yang optimal dalam keduanya, maka akan meningkatkan keterbukaan informasi tentang percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem 

 
Gambar 4. Staf Khusus Wakil Presiden, Asrori S. Karni selaku narasumber Knowledge Sharing di Sekretariat Wakil Presiden Pada 20 Oktober 2022
Sumber : Dokumentasi Kegiatan

Dengan dihadiri oleh 74 Peserta dari berbagai media dan humas K/L, kegiatan knowledge sharing memberikan ruang pada setiap peserta untuk mengajukan pertanyaan pada narasumber. Diantaranya terdapat diskusi berkaitan dengan penurunan angka kemiskinan ekstrem yang dirasa kurang konkret disampaikan pada publik. Menurut Vivi hal ini disebabkan karena keluaran informasi-informasi ini selama ini yang cenderung berbentuk buku dan hasil penelitian seperti apa yang dihasilkan oleh TNP2K dan K/L, sehingga tidak mudah dipahami public secara umum. 

Vivi membagikan cerita dari pengalamannya saat menghasilkan penelitian-penelitian sebelumnya. Ia menyampaikan keberhasilan suatu penelitian adalah ketika dilakukan personifikasi hingga dapat dipahami khalayak. Personifikasi dilakukan dengan menerjemahkan hasil penelitian menjadi sesuatu yang menarik, dapat berwujud audio visual, cerita dan bentuk lainnya. Tentunya menyesuaikan minat masyarakat dan harus dapat dengan mudah dipahami. Vivi juga meyakini jika upaya-upaya personifikasi dilakukan, akan meningkatkan jangkauan informasi tentang penghapusan kemiskinan ekstrem.

Acara knowledge sharing ini dilaksanakan sebagai salah satu wujud komitmen TNP2K untuk terus mendorong kolaborasi multi aktor dan multi sektor dalam penghapusan kemiskinan ekstrem. Bagi para pembaca yang tertarik dengan tema-tema seputar penanggulangan kemiskinan, silahkan mengunduh produk-produk pengetahuan TNP2K dan kunjungi repositori TNP2K di https://sinergis.tnp2k.go.id/ dan website TNP2K di www.tnp2k.go.id. Untuk mendapatkan perkembangan terbaru mengenai produk-produk pengetahuan TNP2K, silahkan ikuti akun resmi media sosial TNP2K di Instagram: @tnp2k_official dan Twitter: @tnp2k.