Program


Human Interest Story: Modest Yet Meaningful

“Maaf saya terlambat karena motor saya amblas.” Kalimat itu adalah pembuka sambutan Pak Aris, Kepala Urusan Pembangunan Desa Sungai Keli dalam acara sosialisasi Program Rintisan KIAT Guru. Sepenggal permintaan maaf tersebut sedikit menggambarkan betapa sulitnya akses jalan menuju SDN 51 Setunggang, salah satu SD di desa sangat tertinggal di Kabupaten Landak. Tidak hanya pak Aris, anak-anak dari Dusun Remawan, dusun terjauh dari pusat Desa Sungai Keli pun mengalami hal serupa saat berangkat dan pulang dari sekolah. Mereka harus melewati jalan setapak yang ditumbuhi belukar dan becek. 

Jalan setapak

Jalan setapak sederhana terbuat dari batang kayu yang dibangun oleh masyarakat desa Sungai Keli agar anak-anak bisa berjalan dengan nyaman menuju sekolah (BSU, 2016).

 

Kondisi sulitnya akses ke SD tersebut, yang dibiarkan terjadi bertahun-tahun, akhirnya dapat diatasi dengan hadirnya Program Rintisan KIAT Guru. Dalam sesi rencana tindak-lanjut pada acara sosialisasi Program Rintisan KIAT Guru, warga dusun Remawan sepakat bergotong royong untuk membersihkan dan memperbaiki jalan setapak tersebut pada hari Jumat.  

Maka, pada siang hari setelah sholat Jumat, warga Dusun Remawan yang biasanya kembali bekerja di kebun atau duduk-duduk mengobrol, berkumpul di rumah Ketua Komite Sekolah. Mereka yang sebagian besar adalah orang tua murid SDN 51 Setunggang membawa parang dan cangkul untuk membersihkan dan memperbaiki jalan setapak menuju sekolah. 

“Bagaimana guru dan anak-anak bisa semangat belajar di sekolah kalau mereka juga harus berpikir caranya berangkat ke sekolah, bapak-ibu tadi kan sudah melihat sendiri bagaimana kondisi jalannya? Bagaimana kalau besok Jum’at kita gotong royong memperbaiki jembatan,” ungkap Ketua Komite Sekolah. 

Sosialisasi Program Rintisan KIAT Guru rupanya telah menjadi fórum pertama kali bagi warga masyarakat untuk membicarakan dan mencari solusi masalah pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak mereka. Perjalanan menuju sekolah untuk menghadiri sosialisasi telah membuka mata Ketua Komite Sekolah dan orang tua murid, yang sangat jarang berkunjung ke sekolah tentang betapa susahnya anak-anak mereka mengakses sekolah. 

Keterbatasan dana dan sumber daya tidak menghalangi warrga untuk memperbaiki akses jalan ke sekolah. Warga memanfaatkan batang-batang kayu untuk menutup jalan setapak yang becek dan membuat parit di tempat yang sekiranya bisa menjadi genangan air. Mereka memanfaatkan batang kayu yang banyak tumbuh di sekitar jalan setapak. Dengan begitu, mereka telah memudahkan anak-anak berjalan menuju sekolah mereka.  

Inisiatif sederhana para orang tua murid dan masyarakat Desa Sungai Keli ini adalah awal dari kerja sama yang dibangun dengan para guru di SDN 51 Setunggang. Walaupun dibatasi dengan kondisi geografis yang menantang, Program Rintisan KIAT Guru yang mempertemukan sekolah dan masyarakat untuk berdialog, telah menumbuhkan benih kerjasama untuk memperbaiki kualitas layanan pendidikan di desa mereka. 

 

Penulis: Bagas Suharjo

 

✭ ✯ ✰ ✱ ✲ ✳ ❃ ❂ ❁